Minggu, 09 Oktober 2011

Kalimat Efektif

A.  Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan baik lisan maupun tulisan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. serta dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca atau pendengar
Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa suatu kalimat efektif harus memenuhi syarat-syarat berikut :
  1. Dapat mewakili gagasan penulis, baik lisan maupun tulisan.
  2. Dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya antara penulis dan pikiran pembaca atau pendengarnya.
B. Ciri-ciri Kalimat Efektif
1.       Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
2.       Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
3.       Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a.    Menghilangkan pengulangan subjek
b.    Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c.     Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d.    Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4.       Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5.       Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a.    Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b.    Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c.    Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
6.       Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
7.       Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a.    Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b.    Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c.    Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d.    Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e.  Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
8.       Kevariasian
Variasi kalimat diketahui ketika ada dua atau lebih kalimat dibandingkan satu sama lainnya. Beberapa variasi kalimat :
a.    Variasi dalam pembukaan kalimat.
Sebuah kalimat dimulai dengan :
- Frase benda.
- Frase keterangan (waktu, tempat, cara).
- Frase kerja.
- Partikel penghubung.
b.    Variasi dalam pola kalimat.
Untuk efektifitas kalimat dan menghindari suasana monoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat Subjek – Predikat – Objek dapat diubah menjadi Predikat – Objek – Subjek, atau yang lainnya.
Contoh :
Penyanyi baru itu belum dikenal masyarakat. [S-P-O]
Belum dikenal masyarakat penyanyi baru itu. [P-O-S]
Masyarakat belum mengenal penyanyi baru itu. [O-P-S]
c.    Variasi jenis kalimat.
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah.

C. Penyebab Ketidakefektifan Kalimat
Menurut Nazar (1991, 44:52) ketidakefektifan kalimat dikelompokkan menjad:
1.    ketidaklengkapan unsur kalimat
2.    kalimat dipengaruhi bahasa Inggris
3.    kalimat mengandung makna ganda
4.    kalimat bermakna tidak logis
5.    kalimat mengandung gejala pleonasme
6.    kalimat dengan struktur rancu.

1.    Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya bahwa kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap dan eksplisit. Untuk itu, kalimat efektif sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan predikat. Jika salah satu unsur atau kedua unsur itu tidak terdapat dalam kalimat, tentu saja kalimat ini tidak lengkap. Adakalanya suatu kalimat membutuhkan objek dan keterangan, tetapi karena kelalaian penulis, salah satu atau kedua unsur ini terlupakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut:
a.    Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
b.    Masalah yang dibahas dalam penenelitian ini.
c.    Untuk membuat sebuah penelitian harus menguasai metodologi penelitian.
d.    Bahasa Indonesia yang berasal dari Melayu.
e.    Dalam rapat pengurus kemarin sudah memutuskan.
f.     Sehingga masalah itu dapat diatasi dengan baik.
Kalau kita perhatikan kalimat di atas terlihat bahwa kalimat (1) tidak memiliki subjek karena didahului oleh kata depan dalam; kalimat (2) dan (4) tidak memiliki predikat hanya memiliki subjek saja; kalimat (3) tidak memiliki subjek; kalimat (5) tidak memiliki subjek dan objek; kalimat (6) tidak memiliki subjek dan predikat karena hanya terdiri atas keterangan yang merupakan anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan. Agar kalimat-kalimat di atas menjadi lengkap, kita harus menghilangkan bagian-bagian yang berlebih dan menambah bagian-bagian yang kurang sebagaimana terlihat pada contoh berikut.

2.    Kalimat Dipengaruhi Bahasa Inggris
Dalam karangan ilmiah sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai penghubung. Menurut Ramlan (1994:35-37) penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Bentuk di mana sejajar dengan penggunaan where, dalam mana dan di dalam mana sejajar dengan pemakaian in which, dan yang mana sejajar dengan which. Dikatakan dipengaruhi oleh bahasa Inggris karena dalam bahasa Inggris bentuk-bentuk itu lazim digunakan sebagai penghubung sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
a.    The house where he live very large.
b.    Karmila opened the album in which he had kept her new photogragraph.
c.    If I have no class, I stay at the small building from where the sound of gamelan can be heard smoothly
3.    Kalimat Mengandung Makna Ganda
Agar kalimat tidak menimbulkan tafsir ganda, kalimat itu harus dibuat selengkap mungkin atau memanfaatkan tanda baca tertentu
4.    Kalimat Bermakna Tidak Logis
Kalimat efektif harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersifat logis.
5.    Kalimat Mengandung Pleonasme
Kalimat pleonasme adalah kalimat yang tidak ekonomis atau mubazir karena adaterdapat kata-kata yang sebetulnya tidak perlu digunakan. Menurut Badudu (1983:29) timbulnya gejala pleonasme disebabkan oleh (1) dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan, (2) dalam suatu ungkapan yang terdiri atas dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung dalam kata yang pertama, dan (3) bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata kata lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan itu.
6.    Kalimat dengan Struktur Rancu
Kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya. Menurut Badudu (1983:21) timbulnya kalimat rancu disebabkan oleh (1) pemakai bahasa tidak mengusai benar struktur bahasa Indonesia yang baku, yang baik dan benar, (2) Pemakai bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang baik sehingga tidak dapat merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya, (3) dapat juga kesalahan itu terjadi tidak dengan sengaja. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:
a.    Dalam masyarakat Minangkabau mengenal sistem matriakat.
b.    Mahasiswa dilarang tidak boleh memakai sandal kuliah.
c.    Dia selalu mengenyampingkan masalah itu.

Daftar Pustaka



Dampak Perdagangan Bebas di Asia Terhadap Lulusan Sarjana Ilmu Komputer atau TI

A.     Teknologi Informasi
Teknologi informasi secara sempit dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi, yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan dan peralatan telekomunikasi lainnya ; atau dapat juga disebut sebagai sub sistem dari sistem informasi. Akan tetapi, saat ini masyarakat sering menggunakan istilah sistem informasi dan teknologi informasi secara bergantian. Bahkan, pada akhirnya istilah teknologi informasi kini menjadi lebih populer dan mengantikan posisi sistem informasi. Penggunaan istilah yang bergantian ini akan menjadi masalah jika para manajer menyadari perbedaannya. Penekanan tetap terletak pada sistem informasi, yang mencakup aspek yang lebih luas dari teknologi informasi. Teknologi akan tetap menjadi teknologi yang tidak memberikan arti kepada perusahaan kecuali disesuaikan dengan aspek perusahaan lainnya, terutama aspek strategi perusahaan. Oleh karena itu TI bukan hanya sekedar perangkat keras dan perangkat lunak tetapi mencakup perpaduan antara pengetahuan, metode dan teknik dalam menggunakan informasi dalam dunia bisnis.

B.    Permasalahan Teknologi Informasi
Permasalahan TI Penting bagi para manajer untuk menyadari adanya resiko dan ancaman kerugian dari TI. Oleh karena itu, para manajer perlu berberhati-hati dalam memformulasikan rencana / strategi penggunaan TI serta dalam pelaksanaannya. TI sering kali gagal dalam peningkatan produktivitas dalam perusahaan. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan tertundanya sukses dalam pemanfaat TI:
  1. Biaya tinggi. Dibandingkan dengan harga peralatan tua, seperti mesin ketik, lemari penyimpan, walaupun sudah mendapat potongan harga, komputer pribadi buatan lokal masih tetap lebih mahal.
  2.  Proses pengasaan teknologi yang lambat.
  3.  Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan masalah incompatibility. 
  4. Hambatan dari pekerjaan. Masih sering terjadi keadaan di mana kumpulan pekerja menolak masuknya peralatan serba otomatis.
  5. Masih banyaknya TI yang kurang handal. Hardware yang mendadak rusak, atau software yang masih banyak error.
  6. Kurang siapnya organisasi dalam masalah manajemen perubahan, pengambilan keputusan, koordinasi dan sebagainya. 
  7. Manajemen yang keliru. Penggunaan komputeroleh manajemen seringkali masih kurang tepat : kurang dimanfaatkan, terlalu banyak pemakaian atau pemakaian untuk tujuan yang kurang tepat.

C.    Dampak Perdagangan Bebas di Asia Terhadap Lulusan Sarjana Ilmu Komputer atau TI
Dua aspek penting dalam pengembangan bisnis yang berhubungan dengan Teknologi Informasi adalah infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM). Selain kedua aspek tersebut, tentunya masih banyak aspek lain seperti finansial. Namun, lemahnya infrastruktur dan kelangkaan SDM merupakan penyebab utama lambannya bisnis IT. Makalah ini akan menitikberatkan pembahasan pada aspek SDM. Langkanya SDM IT yang handal merupakan masalah utama di seluruh dunia. Kelangkaan ini disebabkan meledaknya bisnis yang berbasis IT (dan khususnya bisnis yang berbasis Internet). Bahkan di Asia terjadi krisis SDM IT di Singapura dan termasuk di Indonesia. Adanya perdagangan bebas seperti AFTA juga akan mengancam lahan pekerjaan di Indonesia apabila SDM kita tidak kita persiapkan. India dan Cina merupakan dua raksasa yang sanggup menembus Indonesia.
1.    Inisiatif Penyiapan SDM IT Indonesia
Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi kelangkaan SDM IT ini. Di satu sisi dia merupakan bencana, tapi disisi lain dia merupakan peluang. Indonesia yang dikenal sebagai pengirim tenaga kerja buruh ke luar negeri sekarang memiliki potensi untuk mengirimkan skilled workers ke luar negari. Ini merupakan peluang bagi para pekerja Indonesia. Meskipun demikian, peluang ini harus dicermati karena setiap negara di dunia pun ingin menggunakan kesempatan ini. Beberapa inisiatif di bidang Teknologi Informasi sudah dilakukan di Indonesia.
a)    Program Sekolah 2000
Program Sekolah 2000 merupakan program kerja dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Tujuan khusus dari program ini adalah untuk menjaring sekolah-sekolah seluruh Indonesia dengan Internet. Siswa Indonesia harus mulai dikenalkan dengan Internet dari sejak dini. Kemampuan menggunakan Internet sama pentingnya dengan kemampuan menggunakan telepon. Coba anda bayangkan apabila ada siswa SMU yang tidak dapat menggunakan telepon. Tentu anda akan merasa aneh. Tidak lama lagi, hal yang sama akan terjadi juga dengan e-mail. Perlu diingat bahwa kemampuan menggunakan telepon tidak mengharuskan seseorang memiliki fasilitas telepon di rumah. Dia dapat menggunakan fasilitas wartel. Hal yang sama dengan fasilitas e-mail, yaitu siswa tidak harus memiliki komputer dan modem sendiri untuk mampu menggunakan e-mail. Ada wartel yang dapat digunakan untuk mengirim dan menerima email. Dengan kata lain, siswa Indonesia tidak gagap teknologi dan akan memiliki kesempatan yang sama dengan siswa di luar negeri. Ada beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program Sekolah 2000 ini, antara lain: 
  1. Kemampuan finansial sekolah dalam mengadakan fasilitas komputer dan sambungan ke jaringan Internet. Diskon dari PT Telkom tentunya bisa mengurangi permasalahan ini. 
  2. Kemampuan mengelola fasilitas komputer yang berkelanjutan. Perawatan fasilitas membutuhkan biaya dan SDM yang terampil (yang langka).
b)    Program SMK-TI
Salah satu cara mengatasi krisis SDM di bidang Teknologi Informasi adalah dengan menghasilkan SDM di setiap tingkat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang diharapkan dapat menghasilkan tenaga yang siap pakai. Hasil pengamatan kami menunjukkan bahwa SMK dapat diarahkan untuk menempati posisi operator, technical support, help desk, dan web designer. Untuk itu dibuatkan kurikulum dan program khusus untuk mendidik SMK dalam bidang Teknologi Informasi. Saat ini tengah berlangung program khusus SMK-TI untuk beberapa sekolah di Indonesia. Pada bulan Januari tahun 2001 akan dilakukan pengujian sertifikasi terhadap para peserta program ini.
c)    Program Diploma IT
Satu tingkat di atas lulusan SMK dan SMU adalah tingkat diploma. Banyak perusahaan menginginkan tenaga kerja level diploma yang telah memiliki pengalaman kerja.
d)    Program Sarjana  IT
Perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana di bidang Teknologi Informasi sudah banyak. Namun ternyata kualitas lulusannya belum memadai. Dalam suatu diskusi dengan seorang pelaku bisnis software mengatakan bahwa umumnya perguruan tinggi di Indonesia umumnya menghasilkan programmer akan tetapi belum mampu menghasilkan software engineer. Menurut pengamatannya saat ini hanya ITB dan UI yang mampu menghasilkan software engineer. Untuk itu perguruan tinggi lain perlu dibina agar dapat menghasilkan lulusan dengan kualitas software engineer. Bangsa Indonesia masih lebih menjunjung gelar dibandingkan kemampuan. Pemikiran seperti ini harus mulai ditinggalkan. Dalam era sekarang ini kemampuan lebih utama daripada gelar.
2.    Kegiatan Pendukung
Selain kegiatan atau inisiatif yang langsung terjun ke bidang pendidikan, ada beberapa inisiatif lain yang mendukung penyiapan SDM. Beberapa hal tersebut akan dibahas pada bagian di bawah ini.
a)    Standar Sertifikasi
Untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang perlu dilakukan pengujian. Hal ini membutuhkan sebuah standar sertifikasi. PPAUME[1] ITB dan APJII bekerjasama dalam membuat standar sertifikasi bidang IT, khususnya untuk tenaga kerja yang akan bekerja di Penyedia Jasa Internet (PJI atau Internet Service Provider). Standar yang khusus untuk jenis industri yang lain juga perlu dikembangkan. Kegiatan standarisasi ini masih pada taraf awal dan masih membutuhkan dukungan dari semua pihak. Standarisasi ini juga akan mencoba mengadopsi standar yang berlaku di dunia. Standar sertifikasi juga berhubungan dengan kurikulum. Untuk itu perlu dikembangkan kurikulum yang mendukung standar sertifikasi tersebut.Fasiltas Pendukung
b)    Fasilitas Pendukung
Upaya penyiapan SDM sebaiknya didukung oleh teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan Internet memungkinkan seseorang belajar dari jarak jauh. Konsep pendidikan terbuka dan jarak jauh (distance learning) dapat diterapkan untuk membina SDM IT. Adanya Internet juga memungkinkan pengembangan Digital Library yang dibutuhkan agar siswa atau pelajar dapat mengakses informasi terbaru. Selain digital library, perpustakaan konvensional masih tetap dibutuhkan. Toko buku juga sangat dibutuhkan. Pendekatan Open Source (membuka source code software) dan Open Content (membuka cara mendistribusi tulisan atau karya lain yang bukan program komputer) juga perlu diperluas agar mempermudah penyebaran informasi dan pengetahuan. Pendekatan ini juga tidak melanggar HaKI (Intellectual Property Right, IPR).
Meluasnya penerapan TI di Asia, tentunya mempunyai dampak khusus pada profesi akuntan. Hal-hal berikut ini mungkin dapat dijadikan bahan pemikiran :
1.  Akuntan tidak dapat lagi memfokuskan dirinya hanya pada masalah sekitar akuntansi. Pengetahuan mengenai TI mulai harus dikembangkan. Hal ini berkaitan dengan masalah information literacy yang perlu ditingkatkan agar pemanfaatan TI dapat dioptimalkan. Pengetahuan mengenai TI ini tidak sekedar pengetahuan secara teknis akan tetapi lebih pada kekuatannya secara strategis.
2. Akuntan diharapkan kontribusinya dalam penentuan startegi perusahaan dengan melakukan analisa terhadap aktivitas perusahaan. Ketelitian terhadap perhitungan return on investment dan cost / benefit analysis akan membantu pengambilan keputusan oleh top manajemen agar mereka tidak terlalu terpaku pada investasi awal yang besar.
3. Akuntan diharapkan pemahamannya terhadap kekuatan perusahaan yang dihasilkan oleh perpaduan antara strategi bisnis dengan TI. Secara spesifik, strategi cost leadership sangat membutuhkan daya analisa mengenai aktivitas perusahaan dan biaya-biaya yang dilibatkan.
4. Dengan meningkatnya kesadaran TI, diharapkan communication gap yang selama ini sering terjadi dapat berkurang. Tentunya, hal yang sama diharapkan dilaksanakan oleh ahli TI.

Perusahaan-perusahaan di Asia sudah saatnya untuk memikirkan posisi dan peranannya di dalam industri. Sebagai persiapan dalam menghadapi era globalisasi, suatu perusahaan tidak dapat bertahan dengan hanya berorientasi pada pasar domestik. Para eksekutif dapat berinovasi dengan TI dalam menentukan strategi persaingan. Seperti yang dialami oleh perusahaanperusahaan di negara maju, strategi yang ditempuh dalam meningkatkan keuntungan perusahaan sangat mengandalkan kekuatan teknologi informasi.


Minggu, 02 Oktober 2011

TENTANG SAYA


Sedikit cerita tentang saya..
            Nama saya Sarah Yumeita Kurniawati Rompas, biasa dipanggil Sarah. Saya lahir pada tanggal 18 Mei 1991. Saya adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara dari seorang ayah bernama Tano Rompas dan seorang ibu bernama Sumartini. Saat ini saya sedang menjalani pendidikan di Universitas Gundadarma fakultas Ilmu Komputer jurusan Sistem Informasi semester 5 tepatnya dikelas 3Ka18. Sebelumnya saya bersekolah TK tepatnya di TK nurul islam, menjalani pendidikan dasar di SDN 01 pagi, menjalanin pendidikan menengah pertama di SMPN 71 Jakarta dan menjalani pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 15 Jakarta.
            Saya adalah seseorang yang simple. Bisa dibilang memiliki kemauan keras untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Banyak orang-orang bilang saya tampak terlihat seperti seorang wanita yang judes, tapi sebenarnya saya adalah seseorang yang ramah apabila sudah kenal dekat. Saya memiliki banyak sekali teman yang bisa membuat saya menjadi seseorang yang lebih ceria. Dari mulai teman SMP, SMA sampai dengan teman kuliah saat ini.
            Meski saat ini saya sudah jarang berjumpa dan berkumpul dengan teman-teman SMP saya, namun ketika kita berkumpul keceriaan masih tetap bisa saya dapatkan. Berbeda dengan teman-teman SMA saya, mereka sudah saya anggap seperti saudara saya sendiri, kita masih suka berkumpul sekedar untuk melepas rasa kangen atau menghadiri acara-acara tertentu. Mereka adalah anak-anak ceria yang kadang suka bercanda berlebihan namun tetap menyenangkan. Dengan mereka segala penat ataupun kesedihan dapat saya lupakan dalam sekejap. Menurut mereka saya adalah seseorang yang jahil dan suka melawak. Pada dasarnya saya memang suka sekali menjahili atau membuat orang lain tertawa dengan candaan-candaan yang saya buat.
            Apabila ditanya, “bagaimana dengan teman kuliah?” teman kuliah saya saat ini juga teman-teman yang cukup menyenangkan. Namun saya pernah mendapatkan teman yang awalnya menyenangkan, tapi semakin dikenal dia justru membuat saya semakin tidak respect. Banyak segala sifat dari dia seperti emosional, egois, cuek terhadap perasaan orang lain awalnya dapat saya terima. Tapi semakin saya bersikap baik dan berusaha sabar menghadapinya, dia justru terlihat semakin bersikap seenaknya. Oleh sebab itu saat ini hubungan pertemanan atau bisa disebut persahabatan saya dengannya kini sudah hilang, tidak ada lagi aktifitas saling cerita, jalan-jalan bersama, bercanda-canda dll.
            Tetapi diluar dari itu saya masih memiliki teman-teman kuliah yang sangat baik dan menyenangkan. Teman-teman dikelas 3ka18 contohnya. Mereka adalah anak-anak yang suka sekali bercanda dan anak-anak yang mempunyai rasa solidaritas yang tinggi. Meski ada beberapa anak yang kurang berinteraksi dengan baik, bahkan ada salah satu anak yang selalu mencari masalah di 3ka18, sebut saja anak itu bernama “mawar”.
            Berbicara tentang seseorang yang spesial dalam hidup saya. Orang tua, kakak, adik, keluarga saya yang lain dan teman-teman saya sudah pasti adalah orang-orang yang spesial dalam hidup saya. Tapi selain mereka, saat ini saya memiliki seseorang yang sangat spesial. Seseorang yang mampu membuat hari-hari saya penuh dengan senyuman. Seseorang spesial itu awalnya juga adalah bagian dari teman saya di kelas 3ka18. Banyak proses yang saya jalani untuk bisa bersama dia. Dan saya selalu berharap, proses yang panjang itu menjadi sebuah proses yang berarti yang membuat saya bisa dapat bersamanya selamanya.
            Cita-cita, ya saya mempunyai sebuah cita-cita dari kecil yang sayangnya saya tidak bisa menggapainya saat ini. Saya selalu ingin menjadi seorang dokter, tetapi karena ada beberapa hal yang tidak bisa saya lewati saya tidak bisa meneruskan usaha untuk menggapai cita-cita itu. Namun itu tidak menjadikan saya menyerah, saya tetap mempunyai sebuah cita-cita yaitu menjadi seorang programer handal ataupun seorang analisis. Sebenarnya cita-cita saya ini masih bisa dibilang seorang dokter, karena menurut salah satu dosen saya yaitu dosen Sistem Informasi Akutansi bahwa seorang anak sistem informasi adalah seorang dokter. Seorang dokter yang akan mengatasi penyakit sistem.
            Saya akan belajar dan berusaha dengan keras untuk meraih cita-cita saya karena saya tidak ingin gagal meraih cita-cita saya untuk kedua kalinya. Saya ingin membuat kedua orang tua saya bangga. Saya ingin menjadi seseorang yang sukses dengan usaha keras saya sendiri. Meski kadang rasa malas untuk belajar menghampiri, tapi saya akan terus melawan rasa malas itu dengan kemauan saya yang keras untuk meraih cita-cita saya demi membahagiakan kedua orang tua saya, keluarga saya dan orang-orang yang saya sayangi.
            Demikian sepenggal cerita dari saya, semoga cerita ini dapat menjadi sedikit inspirasi untuk para pembacanya. Hidup itu semakin lama semakin keras, untuk bertahan hanya diri kita sendiri lah yang harus berjuang, tapi kita tetap membutuhkan orang-orang yang mampu mendukung kita, menjadi inspirasi untuk kita dan menjadi motivasi untuk kita. Dan tidak lain tidak bukan orang-orang itu adalah orang tua, keluarga, teman dan orang yang spesial untuk anda.

DIKSI

A.  Pengertian Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Karena setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tempat penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan.
1.      Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
2.      Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kekompok masyarakat pendengar.
3.      Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.

B.  Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut. Menurut keraf (2002 : 87) “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepan makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.
Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan oleh penulis atau pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau perilaku yang sesuai dengan yang kita ucapkan. Agar dapat memilih kata-kata yang tepat, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut ini.
a.      Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah, koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi.
b.      Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.
c.      Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti: Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain.
d.      Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut sesuatu.
e.      Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
f.        Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
g.      Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

C.  Kata dan Gagasan
Dalam berkomunikasi, setiap orang menggunakan kata (bahasa). Para linguis sampai sekarang masih memperbincangkannya karena belum ada batasan yang mutlak tentang itu. Istilah kata bisa digunakan oleh para tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kataadalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tatabahasawan struktural, penganut aliran Bloomfield menyebutnya morfem. Batasan kata yang dibuat Bloomfield sendiri, yakni kata adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form)(chaer, 1994 : 162-163)
Yang paling penting dari rangkaian kata-kata itu adalah pengertian yang tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam berkomunikasi harus saling memahami atau saling mengerti, baik pembicara maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap katamengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menurut Keraf (2002:21)”Kata-kata ibarat”pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki “jiwa”. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa”, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dapat digunakannya.
Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan. Orang yang mempunyai banyak gagasan pasti mempunyai banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak ide atau gagasan yang bisa diungkapkannya. Orang yang banyak menguasasi kosakata akan merasa mudah dan lancar berkomunikasi dengan orang, lain. Seringmkita sering tidak memahami pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang menguasai kata-kata atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.
D.  Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi bukan hanya memilih kata-katayang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata atau frase di dalam konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran), ungkapan, dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan pun merupakan kegiatan memilih kata menyangkut gaya-gaya ungkapan secara individu.
Orang yang banyak menguasai kosakata akan lebih mudah memilih kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan gagasannya. Orang yang kurang banyak menguasai kosakata terkadang tidak bisa menempatkan kata terutama yang bersinonim, seperti kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Kata0kata turunannya penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Orang yang menguasai banyak kosakata tidak akan menerima bahwa kata-kata tersebut mengandung arti yang sama, karena bisa menempatkan kata-kata itu dengan cermat sesuai dengan konteksnya. Sebaliknya orang yang tidak menguasai kosakata akan mengalami kesulitan karena tidak mengetahui ada kata yang lebih tepat, dan tidak mengetahui ada perbedaan dari kata-kata yang bersinonim itu. Dengan demikian, menurut Keraf (2002: 14) diksi :
a.      Mencakup pengertian kata-kata yang fipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan kata-kata yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi tertentu.
b.      Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca.
c.      Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak.

E.  Makna Kata dan Jenisnya
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh pancaindra, baik didengan maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi. Kalau seseorang berkata, “pergi!” kepada kita, maka akan timbul reaksi dalam pikiran kita. Dengan demikian, kata pergi merupakan bentuk atau ekspresi dan isinya atau maknanya merupakan reaksi seseorang atas perintah tadi.
Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian, serta berupa pengertian dan tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain respons akan muncul berdasarkan stimulusnya. Dalam berkomunikasi tidak hanya berhadapan dengan kata, tetapi juga berhadapan dengan serangkaian kata yang mengusung amanat. Dengan demikian, ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu yaitu : pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Keempat unsur ini merupakan usaha untuk memahami makna. Untuk lebih kelasnya mari kita bahan satu persatu.
a.      Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku.
b.      Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraanya, hal ini berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara.
c.      Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar pembacaanya.
d.      Tujuan yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis.

Makna kata pada umumnya terbagi atas dua macam yakni makna denotatif dan makna konotatif. Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat tugas atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makn denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (Keraf, 2002:208). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena maknamitu mengacu pada referen, konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadarn, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Karena adanya bermacam-macam makna, maka penulis harus hati-hati dalam memilih kata yang digunakan. Sebenarnya memilih kata-kata bermakna denotatif lebih mudah daripada memilih kata-kata bermakna konotatif. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan denotasi, mungkin karena adanya kekeliruan disebabkan oleh kata-kata yang mirip karena masalah ejaan. Kata-kata yng mirip itu seperti: gaji-gaji, interferensi-interfensi, dan bawah-bawa. Untuk lebih jelasnya, makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmian sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif gar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan keakuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam menyampaikan pesan ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Penyampaian pesan secara langsung hampir sama dengan penyampaian pesan (informasi) dalam karangan tidak langsung harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak akan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.
Berikut kata-kata denotasi dan konotasi:
-          Dia cantik seperti ibunya (denotatif)
-          Dia cantik bagaikan bunga (konotatif)
-          Beliau telah wafat tiga tahun yang lalu (denotatif)
-          Beliau tekah mangkat tiga tahun yang lalu (konotatif)
-          Kolam itu luasnya seratus meter persegi (denotatif)
-          Kolam itu luas sekali (konotstif)
-          Sebanyak seratus ribu orang yang menonton pertandingan sepakbola (denotatif)
-          Membeludak penonton yang ingin menyaksikan pertandingan sepak bola (konottif

F.   Diksi dalam Kalimat
Diksi dalam kalimat adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata itu secara leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan. Kata-kata tersrbut bersinonim (mempunyai arti yang sama), tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama. Contoh dalam kalimat; “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian untuk membuat karya ilmiah sebagai tugas akhir dalam studinya”;”Penyelidikan kasus penggelapan uang negara sudah dimulai”; Berdasarkan pengamatan saya situasi belajar di kelas A cukup kondusif; Berdasarkan hasil penyidikan polisi, ditemukan fakta-fakta yang memperkuat dia menjadi tersangka. Keempat kata dalam kalimat-kalimat itu tidak bisa dtukar. Seandainya ditukar, tidak akan sesuai sehungga akan membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati, meninggal, gugur, mangkat, wafat, dan pulang ke rahmatullah,dipilih berdasarkan jenis mahluk, tingkat sosial, dan waktu. Contoh : Kucing saya mati setelah makan ikan busuk; Ayahnya meninggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat 1425H. Frase biasa dipakai dalam bewara kematian di surat kabar, seperti”…telah pulang ke rahmatullah kakek Jauhari….”. dari segi makna, kta islam dan muslim sering salah penggunaanya dalam kalimat. Kita pernah mendengar orang berkata, “Seelah menjadi Islam dia rajin bersedekah”. Seharusnya, “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”. Kalau mau menggunakan kata menjadi maka selanjutnya harus menggunakan kata muslim. Contoh, “Setelah menjadi muslim dia rajin bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam. Kata menjadi dapat dipasangkan dengan orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya.

G.  Diksi dalam puisi
Sebenarnya diksi tidak hanya dipakai dalam menulis puisi. Dalam menulis cerpen, novel, essai, artikel, sampai karya ilmiah sekalipun, diksi juga diperlukan. Tapi disini kita hanya akan membahas diksi dalam puisi. Salah satu unsur penting dalam menulis puisi adalah pemilihan diksi. Karena puisi adalah bentuk karya tulis yang tidak memakai banyak kata-kata, cendurung tidak deskriptif dan naratif, maka pemilihan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan maksud dan nuansa tulisan haruslah dicermati dengan seksama. Termasuk di dalamnya menghindari pengulangan kata yang sama terlampau sering, pemilihan sinonim yang mewakili, sampai ke penggunaan tanda baca dan susunan bahasa. Misalnya ketika kita ingin mengungkapkan rasa kesepian, kata mana yang akan kita pilih; sunyi, diam, nelangsa, sendiri, sedih, sepi, senyap atau hening? Meski berkonotasi sama, tiap kata yang terpilih akan memberi warna yang berbeda apabila disandingkan dengan kata-kata lainnya dalam keseluruhan puisi.
Bagaimana cara memilih diksi yang tepat? Dengan banyak membaca, baik itu puisi, artikel, novel, surat kabar sampai ke tulisan kritikan sekalipun. Sebab membaca akan memperbanyak kosa-kata. Dengan  mengetahui banyak kosa -kata, penulis puisi akan mempunyai pilihan yang lebih beragam dan memberikan warna dan jiwa tersendiri bagi puisinya. Ini adalah salah satu contoh puisi dengan diksi yang tepat:
Perahu Kertas
Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali; alirnya Sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan.
“Ia akan singgah di bandar-bandar besar” kata seorang lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warna-warni di kepala.
Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindu-mu itu.
Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit.”
(Perahu Kertas - Kumpulan Sajak, 1982)

H.  Contoh-contoh penggunaan diksi
Anda Pernah dengar kalimat ”Sejuta Umat” ?
Kalimat ”Sejuta Umat” juga berarti suatu trademark yang dikeluarkan oleh suatu individu, yang pd akhirnya diikuti oleh individu atau kelompok lain. KalimatSejuta Umat” tidak sama dg kutipan / Quote, meski adakalanya sejenis. Kalimat “Sejuta Umat” ada karena wabah atau tren yang terjadi sehingga dalam segelintir kasus, penyebarnya seringkali anonymous.Bahkan dapat dibilang bahwa kata-kata tersebut beredar dalam kelas sosial dengan intensitas yang tinggi, bisa jadi karena tren semusim, yang besok-besok mungkin sudah terhapus oleh waktu.

Fakta yg ada di sekitar lingkungan kita adalah :
“Aku suka kamu !
Aku Cinta banget sama kamu !
Mau nggak kamu jadi pacar aku ?!
Soal aku jatuh hati banget sama kamu !”
Kalimat ini adalah kalimay yang sering dilontarkan oleh remaja-remaja yang sedang mabuk kepayang. Biasanya diucapkan di berbagai reality show sejenis, atau malah hanya ketika seorang Adam “menembak jatuh” seorang Hawa. Ada kalanya juga kombinasi kalimat ini disertai dengan puisi atau 99 tangkai mawar.
Parahnya lagi, Pemerintah pun ikut2an latah:
Merokok dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi, dan Gangguan Kehamilan dan Janin
Ini adalah suatu kalimat yang tadinya diharapkan oleh pemerintah dapat menanggulangi keberadaan perokok. Akan tetapi karena nilai cukai yang ditawarkan produsen rokok mencapai 9 trilyun, kata-kata ini terkesan kurang optimal.

Daftar Pustaka