Minggu, 09 Oktober 2011

Dampak Perdagangan Bebas di Asia Terhadap Lulusan Sarjana Ilmu Komputer atau TI

A.     Teknologi Informasi
Teknologi informasi secara sempit dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi, yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan dan peralatan telekomunikasi lainnya ; atau dapat juga disebut sebagai sub sistem dari sistem informasi. Akan tetapi, saat ini masyarakat sering menggunakan istilah sistem informasi dan teknologi informasi secara bergantian. Bahkan, pada akhirnya istilah teknologi informasi kini menjadi lebih populer dan mengantikan posisi sistem informasi. Penggunaan istilah yang bergantian ini akan menjadi masalah jika para manajer menyadari perbedaannya. Penekanan tetap terletak pada sistem informasi, yang mencakup aspek yang lebih luas dari teknologi informasi. Teknologi akan tetap menjadi teknologi yang tidak memberikan arti kepada perusahaan kecuali disesuaikan dengan aspek perusahaan lainnya, terutama aspek strategi perusahaan. Oleh karena itu TI bukan hanya sekedar perangkat keras dan perangkat lunak tetapi mencakup perpaduan antara pengetahuan, metode dan teknik dalam menggunakan informasi dalam dunia bisnis.

B.    Permasalahan Teknologi Informasi
Permasalahan TI Penting bagi para manajer untuk menyadari adanya resiko dan ancaman kerugian dari TI. Oleh karena itu, para manajer perlu berberhati-hati dalam memformulasikan rencana / strategi penggunaan TI serta dalam pelaksanaannya. TI sering kali gagal dalam peningkatan produktivitas dalam perusahaan. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan tertundanya sukses dalam pemanfaat TI:
  1. Biaya tinggi. Dibandingkan dengan harga peralatan tua, seperti mesin ketik, lemari penyimpan, walaupun sudah mendapat potongan harga, komputer pribadi buatan lokal masih tetap lebih mahal.
  2.  Proses pengasaan teknologi yang lambat.
  3.  Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan masalah incompatibility. 
  4. Hambatan dari pekerjaan. Masih sering terjadi keadaan di mana kumpulan pekerja menolak masuknya peralatan serba otomatis.
  5. Masih banyaknya TI yang kurang handal. Hardware yang mendadak rusak, atau software yang masih banyak error.
  6. Kurang siapnya organisasi dalam masalah manajemen perubahan, pengambilan keputusan, koordinasi dan sebagainya. 
  7. Manajemen yang keliru. Penggunaan komputeroleh manajemen seringkali masih kurang tepat : kurang dimanfaatkan, terlalu banyak pemakaian atau pemakaian untuk tujuan yang kurang tepat.

C.    Dampak Perdagangan Bebas di Asia Terhadap Lulusan Sarjana Ilmu Komputer atau TI
Dua aspek penting dalam pengembangan bisnis yang berhubungan dengan Teknologi Informasi adalah infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM). Selain kedua aspek tersebut, tentunya masih banyak aspek lain seperti finansial. Namun, lemahnya infrastruktur dan kelangkaan SDM merupakan penyebab utama lambannya bisnis IT. Makalah ini akan menitikberatkan pembahasan pada aspek SDM. Langkanya SDM IT yang handal merupakan masalah utama di seluruh dunia. Kelangkaan ini disebabkan meledaknya bisnis yang berbasis IT (dan khususnya bisnis yang berbasis Internet). Bahkan di Asia terjadi krisis SDM IT di Singapura dan termasuk di Indonesia. Adanya perdagangan bebas seperti AFTA juga akan mengancam lahan pekerjaan di Indonesia apabila SDM kita tidak kita persiapkan. India dan Cina merupakan dua raksasa yang sanggup menembus Indonesia.
1.    Inisiatif Penyiapan SDM IT Indonesia
Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi kelangkaan SDM IT ini. Di satu sisi dia merupakan bencana, tapi disisi lain dia merupakan peluang. Indonesia yang dikenal sebagai pengirim tenaga kerja buruh ke luar negeri sekarang memiliki potensi untuk mengirimkan skilled workers ke luar negari. Ini merupakan peluang bagi para pekerja Indonesia. Meskipun demikian, peluang ini harus dicermati karena setiap negara di dunia pun ingin menggunakan kesempatan ini. Beberapa inisiatif di bidang Teknologi Informasi sudah dilakukan di Indonesia.
a)    Program Sekolah 2000
Program Sekolah 2000 merupakan program kerja dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Tujuan khusus dari program ini adalah untuk menjaring sekolah-sekolah seluruh Indonesia dengan Internet. Siswa Indonesia harus mulai dikenalkan dengan Internet dari sejak dini. Kemampuan menggunakan Internet sama pentingnya dengan kemampuan menggunakan telepon. Coba anda bayangkan apabila ada siswa SMU yang tidak dapat menggunakan telepon. Tentu anda akan merasa aneh. Tidak lama lagi, hal yang sama akan terjadi juga dengan e-mail. Perlu diingat bahwa kemampuan menggunakan telepon tidak mengharuskan seseorang memiliki fasilitas telepon di rumah. Dia dapat menggunakan fasilitas wartel. Hal yang sama dengan fasilitas e-mail, yaitu siswa tidak harus memiliki komputer dan modem sendiri untuk mampu menggunakan e-mail. Ada wartel yang dapat digunakan untuk mengirim dan menerima email. Dengan kata lain, siswa Indonesia tidak gagap teknologi dan akan memiliki kesempatan yang sama dengan siswa di luar negeri. Ada beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program Sekolah 2000 ini, antara lain: 
  1. Kemampuan finansial sekolah dalam mengadakan fasilitas komputer dan sambungan ke jaringan Internet. Diskon dari PT Telkom tentunya bisa mengurangi permasalahan ini. 
  2. Kemampuan mengelola fasilitas komputer yang berkelanjutan. Perawatan fasilitas membutuhkan biaya dan SDM yang terampil (yang langka).
b)    Program SMK-TI
Salah satu cara mengatasi krisis SDM di bidang Teknologi Informasi adalah dengan menghasilkan SDM di setiap tingkat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang diharapkan dapat menghasilkan tenaga yang siap pakai. Hasil pengamatan kami menunjukkan bahwa SMK dapat diarahkan untuk menempati posisi operator, technical support, help desk, dan web designer. Untuk itu dibuatkan kurikulum dan program khusus untuk mendidik SMK dalam bidang Teknologi Informasi. Saat ini tengah berlangung program khusus SMK-TI untuk beberapa sekolah di Indonesia. Pada bulan Januari tahun 2001 akan dilakukan pengujian sertifikasi terhadap para peserta program ini.
c)    Program Diploma IT
Satu tingkat di atas lulusan SMK dan SMU adalah tingkat diploma. Banyak perusahaan menginginkan tenaga kerja level diploma yang telah memiliki pengalaman kerja.
d)    Program Sarjana  IT
Perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana di bidang Teknologi Informasi sudah banyak. Namun ternyata kualitas lulusannya belum memadai. Dalam suatu diskusi dengan seorang pelaku bisnis software mengatakan bahwa umumnya perguruan tinggi di Indonesia umumnya menghasilkan programmer akan tetapi belum mampu menghasilkan software engineer. Menurut pengamatannya saat ini hanya ITB dan UI yang mampu menghasilkan software engineer. Untuk itu perguruan tinggi lain perlu dibina agar dapat menghasilkan lulusan dengan kualitas software engineer. Bangsa Indonesia masih lebih menjunjung gelar dibandingkan kemampuan. Pemikiran seperti ini harus mulai ditinggalkan. Dalam era sekarang ini kemampuan lebih utama daripada gelar.
2.    Kegiatan Pendukung
Selain kegiatan atau inisiatif yang langsung terjun ke bidang pendidikan, ada beberapa inisiatif lain yang mendukung penyiapan SDM. Beberapa hal tersebut akan dibahas pada bagian di bawah ini.
a)    Standar Sertifikasi
Untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang perlu dilakukan pengujian. Hal ini membutuhkan sebuah standar sertifikasi. PPAUME[1] ITB dan APJII bekerjasama dalam membuat standar sertifikasi bidang IT, khususnya untuk tenaga kerja yang akan bekerja di Penyedia Jasa Internet (PJI atau Internet Service Provider). Standar yang khusus untuk jenis industri yang lain juga perlu dikembangkan. Kegiatan standarisasi ini masih pada taraf awal dan masih membutuhkan dukungan dari semua pihak. Standarisasi ini juga akan mencoba mengadopsi standar yang berlaku di dunia. Standar sertifikasi juga berhubungan dengan kurikulum. Untuk itu perlu dikembangkan kurikulum yang mendukung standar sertifikasi tersebut.Fasiltas Pendukung
b)    Fasilitas Pendukung
Upaya penyiapan SDM sebaiknya didukung oleh teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan Internet memungkinkan seseorang belajar dari jarak jauh. Konsep pendidikan terbuka dan jarak jauh (distance learning) dapat diterapkan untuk membina SDM IT. Adanya Internet juga memungkinkan pengembangan Digital Library yang dibutuhkan agar siswa atau pelajar dapat mengakses informasi terbaru. Selain digital library, perpustakaan konvensional masih tetap dibutuhkan. Toko buku juga sangat dibutuhkan. Pendekatan Open Source (membuka source code software) dan Open Content (membuka cara mendistribusi tulisan atau karya lain yang bukan program komputer) juga perlu diperluas agar mempermudah penyebaran informasi dan pengetahuan. Pendekatan ini juga tidak melanggar HaKI (Intellectual Property Right, IPR).
Meluasnya penerapan TI di Asia, tentunya mempunyai dampak khusus pada profesi akuntan. Hal-hal berikut ini mungkin dapat dijadikan bahan pemikiran :
1.  Akuntan tidak dapat lagi memfokuskan dirinya hanya pada masalah sekitar akuntansi. Pengetahuan mengenai TI mulai harus dikembangkan. Hal ini berkaitan dengan masalah information literacy yang perlu ditingkatkan agar pemanfaatan TI dapat dioptimalkan. Pengetahuan mengenai TI ini tidak sekedar pengetahuan secara teknis akan tetapi lebih pada kekuatannya secara strategis.
2. Akuntan diharapkan kontribusinya dalam penentuan startegi perusahaan dengan melakukan analisa terhadap aktivitas perusahaan. Ketelitian terhadap perhitungan return on investment dan cost / benefit analysis akan membantu pengambilan keputusan oleh top manajemen agar mereka tidak terlalu terpaku pada investasi awal yang besar.
3. Akuntan diharapkan pemahamannya terhadap kekuatan perusahaan yang dihasilkan oleh perpaduan antara strategi bisnis dengan TI. Secara spesifik, strategi cost leadership sangat membutuhkan daya analisa mengenai aktivitas perusahaan dan biaya-biaya yang dilibatkan.
4. Dengan meningkatnya kesadaran TI, diharapkan communication gap yang selama ini sering terjadi dapat berkurang. Tentunya, hal yang sama diharapkan dilaksanakan oleh ahli TI.

Perusahaan-perusahaan di Asia sudah saatnya untuk memikirkan posisi dan peranannya di dalam industri. Sebagai persiapan dalam menghadapi era globalisasi, suatu perusahaan tidak dapat bertahan dengan hanya berorientasi pada pasar domestik. Para eksekutif dapat berinovasi dengan TI dalam menentukan strategi persaingan. Seperti yang dialami oleh perusahaanperusahaan di negara maju, strategi yang ditempuh dalam meningkatkan keuntungan perusahaan sangat mengandalkan kekuatan teknologi informasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar